Ust. Abdul Qodir Hasyim : Kultural dan Struktural NU Saling Menguatkan

Pada peringatan Harlah NU ke-102 dan Harlah PRNU Bojongloa ke-4, Ust. Abdul Qodir Hasyim menyampaikan wawasan ke-NU-an kepada jamaah. Beliau menjelaskan bahwa NU sebagai sebuah organisasi yang besar, memiliki dua dimensi penting: dimensi kultural dan dimensi struktural. Keduanya saling melengkapi dan menguatkan, menjadi dasar utama bagi NU untuk terus bertahan dan berkembang sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia.

Ust. Abdul Qodir Hasyim menjelaskan bahwa kultur NU lebih sering dikenal dengan sebutan jamaah, yang menggambarkan aspek spiritual dan sosial yang lebih mengedepankan kebersamaan dalam beribadah, seperti pengajian, tahlilan, marhaban, serta kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Keberadaan jamaah dalam NU menggambarkan rasa persaudaraan yang sangat erat di antara anggota-anggota NU, yang terjalin melalui kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial yang saling mendukung dan menguatkan.

Namun, beliau juga menekankan bahwa aspek struktural dari NU, yang disebut dengan jam’iyah, tidak kalah pentingnya. Jam’iyah NU adalah organisasi yang terstruktur dengan jelas, yang mengatur segala hal mengenai kegiatan, pengelolaan, dan administrasi. Struktur organisasi ini memberikan NU kekuatan untuk menjalankan program-program secara legal, sistematis dan terorganisir, dengan bidang-bidang dan bentuk kegiatan yang bersifat sosial, keagamaan, hingga ekonomi.

Ust. Abdul Qodir Hasyim menjelaskan bahwa terkadang organisasi atau kelompok yang tidak memiliki struktur yang jelas seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan program-program mereka. Contohnya, jika sebuah organisasi atau komunitas bergerak hanya berdasarkan semangat tanpa adanya struktur yang jelas, mereka bisa kehilangan arah, kesulitan dalam koordinasi, dan akhirnya gagal mencapai tujuannya. Sebaliknya, organisasi yang memiliki struktur yang jelas, seperti NU, akan lebih mudah dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan secara efektif. Struktur ini menjadi landasan yang memungkinkan NU untuk bertahan lebih lama, terus berkembang, dan tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Lebih lanjut, Ust. Abdul Qodir Hasyim mengungkapkan bahwa bergabung dengan NU tidak harus menjadi kiai atau ustadz. Siapapun dapat bergabung dengan NU, terlepas dari latar belakang pendidikan, profesi, atau usia. NU adalah rumah besar bagi semua umat Islam yang ingin berkhidmat dan meneruskan perjuangan para muasis NU dalam melestarikan dan menyebarluaskan syiar Ahlussunah Wal Jamaah.

Struktur NU sangat inklusif dan terbuka bagi siapa saja, dengan berbagai organisasi dan lembaga yang ada di dalamnya. Terdapat organisasi dan lembaga yang disesuaikan dengan berbagai segmen gender, usia, profesi, serta bidang dan minat yang berbeda. Misalnya, ada LPNU yang fokus pada pengembangan ekonomi bagi umat, Muslimat NU untuk perempuan, Fatayat NU untuk kaum perempuan muda, GP Ansor untuk generasi muda, dan banyak lagi. Dengan adanya beragam lembaga ini, NU bisa lebih maksimal dalam menjangkau seluruh kalangan masyarakat, dari yang muda hingga yang tua, dari pelajar hingga profesional.

Bergabung dengan NU berarti bergabung dalam perjuangan panjang yang telah dimulai oleh para muasis NU, seperti KH. Hasyim Asy’ari dan para ulama lainnya. Para muasis telah meletakkan dasar-dasar penting dalam menjaga dan menyebarkan ajaran Islam yang moderat, toleran, dan penuh kasih sayang. Salah satu warisan terbesar yang diwariskan oleh muasis NU adalah syiar Ahlussunah Wal Jamaah, yang menekankan pada dengan nilai-nilai dasar tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran).

Bergabung di NU juga berarti kita ikut berpartisipasi dalam melanjutkan perjuangan ini, tidak hanya dalam konteks keagamaan, tetapi juga dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Di NU, bukan hanya diajarkan untuk memahami agama secara mendalam, tetapi juga dilatih untuk menjadi bagian dari solusi bagi permasalahan sosial dan kemanusiaan yang ada. Dengan bersinergi, baik di tingkat kultural maupun struktural, NU dapat terus menjadi kekuatan besar dalam memperjuangkan kemajuan umat dan negara.

Sebagai penutup, Ust. Abdul Qodir Hasyim mengingatkan kepada jamaah bahwa NU adalah rumah bersama untuk semua umat Islam yang ingin berkontribusi kepada agama, bangsa, dan negara. Tidak perlu khawatir tentang status atau profesi, karena NU adalah wadah yang terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung dan berkhidmat untuk kemaslahatan umat. Dengan memperkuat struktur organisasi dan kultural yang ada, NU akan semakin kokoh dan mampu melanjutkan perjuangan yang telah diwariskan oleh para muasis, serta membawa manfaat bagi seluruh masyarakat.