Pengajian Rutin Bulanan PRNU Bojongloa : Kontekstualisasi Meneruskan Perjuangan Para Muasis NU di Masa Kini

Pengajian rutin bulanan Syahriahan digelar oleh PRNU Bojongloa, salah satu wadah penting untuk mempererat ukhuwah Islamiyah serta memperdalam ilmu agama di kalangan warga Nahdlatul Ulama. Pengajian ini menjadi ajang yang sangat berharga untuk menyampaikan berbagai ilmu agama, nilai-nilai keislaman, dan hikmah kehidupan yang relevan dengan perkembangan zaman. Kegiatan ini juga memiliki tujuan untuk memperkokoh semangat perjuangan dan pengabdian dalam organisasi NU, khususnya di tingkat ranting Desa Bojongloa, maupun di tingkat yang lebih luas.

KH. Ending Jauharudin, Ketua Tanfidziah Majelis Wakil Cabang (MWC) Rancaekek Wetan, dalam tausiyah nya menyampaikan tentang hakikat keorganisasian NU dan pentingnya komitmen sebagai pengurus ranting atau sebagai warga Nahdliyin. Dalam tausiyahnya, KH. Ending mengingatkan para bahwa menjadi pengurus ranting atau anggota NU bukan sekadar menjalankan tugas administratif atau mengikuti rutinitas belaka, melainkan merupakan bagian dari misi besar untuk meneruskan perjuangan para muasis Nahdlatul Ulama.

Perjuangan para muasis NU yang dimulai sejak awal berdirinya organisasi ini, dengan dipelopori oleh ulama-ulama besar seperti KH. Hasyim Asy’ari dan tokoh-tokoh lainnya, adalah perjuangan untuk mempertahankan akidah ahlussunnah wal jamaah, memajukan pendidikan Islam, serta menjaga kestabilan sosial dan keagamaan di Indonesia. Para muasis NU tidak hanya berjuang untuk kepentingan individu, tetapi lebih kepada kepentingan umat Islam secara luas dan untuk kemajuan bangsa Indonesia, dengan tetap menjaga nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Dalam konteks zaman sekarang, KH. Ending Jauharudin menjelaskan bahwa tugas dan tantangan sebagai pengurus atau warga Nahdliyin tidak kalah besar. Era yang terus berkembang membawa tantangan baru, baik dalam hal teknologi, sosial, maupun keagamaan. Oleh karena itu, menjadi seorang pengurus atau warga NU pada masa kini haruslah mampu meneruskan semangat perjuangan para muasis dengan cara yang relevan dengan keadaan sekarang. Salah satu bentuk perjuangan yang diamanatkan adalah menjaga akidah yang benar, menyebarkan dakwah Islam yang moderat, serta menguatkan ukhuwah Islamiyah di tengah keberagaman masyarakat.

Selain itu, KH. Ending juga mengajak para jamaah untuk senantiasa mengedepankan nilai-nilai yang diwariskan oleh para muasis NU, seperti tasamuh, tawasuth, tawazun, dan ta’adul adalah empat nilai penting yang diajarkan dalam ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), yang menjadi pedoman hidup umat Islam. Tasamuh mengajarkan toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan, sementara tawasuth menekankan sikap moderat dan tidak ekstrem dalam segala aspek kehidupan. Tawazun mengajarkan keseimbangan antara hak dan kewajiban, dunia dan akhirat, serta kehidupan pribadi dan sosial, sedangkan ta’adul menekankan keadilan dalam setiap tindakan dan keputusan, tanpa memihak. Nilai-nilai ini diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya sebagai panduan untuk menciptakan keharmonisan, keadilan, dan kedamaian dalam masyarakat, serta menjadi dasar bagi umat Islam untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keseimbangan, menghargai perbedaan, dan menghindari perpecahan.

Pengurus ranting, diajak untuk memahami bahwa perannya sangat vital dalam memastikan bahwa nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam dan organisasi NU dapat diteruskan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sebagai pengurus administratif, tetapi sebagai ujung tombak dalam menjalankan dakwah di tingkat akar rumput. Melalui pengajaran agama, penyuluhan sosial, dan berbagai kegiatan kemasyarakatan, pengurus ranting dapat memastikan bahwa NU tetap relevan dan menjadi sumber pencerahan bagi masyarakat luas.

Syahriahan yang digelar PRNU Bojongloa ini tidak hanya sebagai acara seremonial, tetapi sebagai sarana untuk memperkuat pemahaman dan komitmen warga Nahdliyin dalam meneruskan perjuangan luhur para muasis. KH. Ending Jauharudin, mengharapkan pengurus atau nahdliyin generasi sekarang dapat terus memegang teguh prinsip-prinsip dasar NU, menjalankan peran aktif sebagai pengurus dan warga nahdliyin, serta berkontribusi pada kemaslahatan umat, bangsa, dan negara. Hal ini pada gilirannya akan menciptakan generasi yang tangguh, bijaksana, dan siap menghadapi tantangan zaman, sambil terus mengedepankan nilai-nilai yang telah diwariskan oleh para muasis Nahdlatul Ulama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *