PD-PKPNU dibuka PC NU Kab. Bandung di Ponpes Bustanul Wildan Cileunyi

Berita92 Views

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kabupaten Bandung menyelenggarkan Pendidikan Dasar Pendidikan Kader Penggerak NU (PD-PKPNU) Angkatan 6 di Ponpes Bustanul Wildan Cileunyi. Dihadiri ratusan peserta kader NU dari berbagai daerah di Kabupaten Bandung, perwakilan wakil cabang, ranting, lembaga dan banom. PD-PKPNU digelar Jumat 9 hingga Minggu 11 Agustus 2024.

Pembukaan PD-PKPNU dihadiri Ketua Tanfidziyah PW NU Jawa Barat, KH. Juhadi Muhammad, SH., jajaran syuriah dan tanfidziyah PC NU Kab. Bandung,  Rois Syuriah PC NU K.H. Haidar Mustafa Kamal, Katib PCNU K.H. Dr. Yusuf Ali Tantowi, Ketua Tanfidziyah K.H. Agus Ahmad Qustolany, Sekretaris Tanfidziyah KH Imron Rosyadi, dan Kades Cileunyi Wetan, H. Hari Haryono, SH., yang berada di barisan peserta.

H. Budi Faisal Farid, sebagai tuan rumah mewakili sesepuh Oonpes Bustanul Wildan sekaligus Ketua RMI NU Kabupaten Bandung dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukur Ponpes-nya dijadikan tempat pelaksanaan PD-PKPNU.
“Alhamdulilah, berkah, tempat ini kedatangan Al Mukarom alim ulama, dan para peserta PD-PKPNU. Semoga barokahnya untuk kami sekeluarga besar,” ungkapnya.

Sementara itu KH. Agus Ahmad Qustolany dalam sambutannya menekankan pentingnya kegiatan PD-PKPNU sebagai sarana menguatkan ghiroh pengabdian terhadap organisasi dan upaya membesarkan NU.

Ketua Tanfidziyah PW NU Jawa Barat, KH. Juhadi Muhammad mengungkapkan, “NU adalah jamiiyah diniyah ijtimaiyah. Urusan pelayanan keagamaan, kita sudah selesai. Urusan pelayanan sosial kemasyarakatan, ini yang harus kita akui masih belum selesai, masih kurang.” Dalam sambutannya, Ketua PW NU Jabar mengingatkan bahwa konsekuensinya betul-betul berkhidmat di NU ya siap berkorban waktu, tenaga dan biaya. Itu yang diteladankan para Muasis NU dahulu.

Pada kesempatan yang sama, koordinator instruktur, Ajengan Dr. Ujang Nurjaman menyampaikan beberapa hal dalam pengarahan pada peserta. Pertama, beliau menekankan bahwa PD-PKPNU ini sebagai wasilah menyatukan barisan bersama. Kedua, sebagai sarana konsolidasi organisasi. Ketiga, bukti kemandirian dan kesungguhan kader berkhidmat di NU.

Di segenap organisasi, kaderisasi adalah indoktrinasi agar anggota memiliki motivasi, kecintaan, dignity (rasa memiliki) dan kebanggaan terhadap organisasinya. “Sebagai autokritik, di NU itu ada empat M tipikal nahdliyin. M pertama tipe nahdliyin Mukhlisin, yang ikhlas mendermakan waktu tenaga, biaya dan fasilitas yang dia punya. M kedua tipe nahdliyin Musingkeun, pengurus uruseun nu diurus. M tipe ketiga itu nahdliyin Musiman, mood-mood-an, tipe pragmatis dan oportunis. Dan M tipe keempat itu Militan, bukan mulutan, sebab mulutan ini yang berbahaya. Nah, kita ada di tipe yang mana?” pungkasnya.

ANM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *